watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
3 ronde yg luar biasa

Aku (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun,
postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang
Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah
lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang
suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah
Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.
Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari
Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota
(kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti
hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit.
Entah karena armada bis yang berkurang, atau
karena setiap Senin orang jarang membolos dan
berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu
jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku
mendapatkan bis.
Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana
kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di
bangku dua yang sudah terisi seorang wanita.
Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda
kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah
sebelumnya aku menganggukkan kepala pada
teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku
lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu
dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di
sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan
kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak
melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.
Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam
tangannya.
"Mmacet sekali ya?" katanya yang tentu ditujukan
kepadaku.
"Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?"
sambutku sekaligus membuka percakapan.
"Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di
rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok
Indah," jawabnya.
Belum sempat aku buka mulut, ia sudah
melanjutkan pembicaraan,
"Kerja dimana Mas?"
"Daerah Sudirman," jawabku.
Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku
perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus,
dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah,
dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku
menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang
memegang tempat duduk di depan kami, lentik,
bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh
panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja
Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan
seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya
umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya.
Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena
waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan
setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda
oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik
ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras
meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer!
Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita
tentang dirinya dan keluarganya. "Pacaran asyik ya
Mas?" tanyanya sambil memandangiku dan
mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena
genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan
kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. "Kepingin ya?"
jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke
telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit
pahaku.
Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M,
berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku
bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju
kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan
yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi
goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar.
Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor
matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel.
Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari,
kami berangkat.
Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci
pintu dan menutup rapat kain horden jendela.
Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu
dan menghempaskan badan di kasur yang empuk.
Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi.
Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak
lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan.
Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus
berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar
mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser
dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku
pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya
memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas
di dalamnya BH hitam yang tak mampu
menampung isinya, sehingga dua gundukan besar
dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku
hanya bisa memandangi, menarik nafas serta
menelan ludah.
Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan
gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang,
melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan
mukanya ke mukaku, "Mas.." katanya tanpa
melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di
bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah
menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan
bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan
bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling,
sehingga posisi kami bergantian atas-bawah.
Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus
dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku,
karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini
tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku
melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini
aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong
memandangi CD-ku yang menonjol. "Lepas aja
bajumu, nanti kusut," kataku. "Malu ah.." katanya.
"Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua,"
kataku sambil meraih kancing paling atas di
punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua
tangannya tapi membiarkan aku membuka semua
kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat
ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia
kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku
erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh
susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, "burung"-ku
tambah mengencang.
Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan
bagian kuping yang tepat di depan bibirku. "Ach..
uh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai
terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan
kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan
kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat
leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang
kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan
keras. "Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas.." Sambil
membelai rambutnya yang sebahu dan harum,
kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke
pantatnya yang bahenol, naik-turun.
Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan.
Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal
di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena
aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam,
apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku
kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-
nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut.
Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini
tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia
mengeluh, "Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku
kegedean," sambil kedua tangannya menahan BH
yang talinya sudah kelepas. "Coba aku lihat
sayang.." Kataku memindahkan kedua tangannya
sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat
susu yang kencang dan besar. "Mah.. susumu
bagus sekali, aku sukaa banget," pujiku sambil
mengelus susu besar menantang itu. Putingnya
hitam-kemerahan, sudah keras.
Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku.
Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek
dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek,
"Uh.. uh.. ahh.." Setelah puas di daerah dada, kini
tanganku kuturunkan di daerah selangkangan,
sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap
perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa
kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka
tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku.
Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan
perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis
yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati
dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda
dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan
celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua
pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.
Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman
pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu.
Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi
profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus
perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan
dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai
basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku
mulai masuk, Mamah mengaduh, "Mas.. Mas.. geli..
enak.. terus..!" Kuraih tangan Mamah ke arah
selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif.
Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan
apa yang diperintahkan saja). "Mas.. keras amat..
Gede amat?" katanya dengan nada manja setelah
meraba burungku. "Mas.. Mamah udah nggak tahan
nikh, masukin ya..?" pintanya setengah memaksa,
karena kini batangku sudah dalam genggamannya
dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit
berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah
sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan
mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak
menantang.
Ketika kurapatkan "senjataku" ke vaginanya, reflek
tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya
diangkat. "Mas.. pelan-pelan ya.." Sambil
memejamkan mata, dibimbingnya burungku
masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja
dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa
amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan
kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi
hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. "Sret..
sret.." Mamah mengaduh, "Uh.. pelan Mas.. sakit.."
Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih
dalam, akhirnya.. "Bles.. bles.." barangku masuk
semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat
sambil berbisik, "Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali..
kamu sekarang suamiku.." Begitu berulang-ulang
sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti
apa maksud kata "suami".
Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat
matanya putih, "Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar.."
tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan
sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot
vaginanya mengurut ujung burungku, sementara
kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama,
bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah
nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari
vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di
sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya.
Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi
kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak
meninggikan posisiku sehingga burungku
menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan
seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah,
mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh
bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia
langsung teriak, "Enak.. terus, enak terus.. terus.."
begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan
memejamkan mata. "Aduuhm Mas.. Mamah keluar
lagi niikh.." teriaknya yang kusambut dengan
mempercepat kocokanku.
Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa.
Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah,
dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku
tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada
sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku,
hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini.
Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat
kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir.
Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang
turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya
tersentung barangku yang masih keras. Kepala
penisku terasa senut-senut,
"Mah.. aku mau keluar nikh.." kataku.
"He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga..
Mas.. terus.. terus.."
"Crot.. crot.." maniku menyemprot beberapa kali,
terasa penuh vaginanya dengan maniku dan
cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan
klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah
kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.
Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar,
minum kopi, dan makan makanan ringan sambil
ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah
semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan
kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung
kembarnya menyentuh badanku dan tangannya
mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun
lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah.
Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan
akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya
dengan rakus. "Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku
baru sekali ini ngrasain begini," katanya terus terang.
Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya
sudah tidak beraturan. "Ah.." lenguhnya sambil
melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri
dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba
kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang
direbahkan hingga melitang, lalu Mamah
mengangkangiku.
Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku
terlentang dan dia jongkok di atas perutku.
Burungku tegak berdiri tepat di bawah
selangkangannya. Dengan memejamkan mata,
"Mas.. Mamah gak tahaan.." Digenggamnya
burungku dengan tangan kirinya, lalu dia
menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku
sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan
akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan,
benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih
sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan
dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak
terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua
ini. "Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak
pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?"
lalu.. "Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh..
aduuh.." katanya sambil meraih tanganku diarahkan
ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi
semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun
pantatnya yang semakin cepat pula menuju
orgasme.
Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks
telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih
santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks.
Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa
menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan
aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit.
Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua
kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan
tampak kelelahan dengan keringat sekujur
tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot
burungku. Setelah kami masing-masing melap
"barang", kumasukkan senjataku ke liang
kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping
ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua
kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara
penutupan ronde kedua. Kumulai dengan
memasukkan burungku secara perlahan. "Uuh.."
hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-
mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama
makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil
nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara
Mamah, "Hgh.. hgh.. " seirama dengan pompaanku.
Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, "Uhgh.."
Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.
"Mah.. aku mau keluar nikh.."
"Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas..
Kita bareng ya.. ya.. terus.." Dan akhirnya jeritan..
"Aaauh.." menandai klimaksnya, dan kubalas
dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat
di bibir vagina, "Crot.. crott.." Aku rebah di atas
badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali
lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.
Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa
buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak
pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan
senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu
lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini
membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa
selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa
kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja
dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi
(dengan orang yang sama), sensasinya atau
getarannya akan berkurang. Aku kadang
merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang
aman seperti ini.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1164
U-ON

inc Powered by Xtgem.com